WARNINGSIH DISTRIBUTOR

WARNINGSIH distributor adalah solusi bagi anda yang ingin mencari atau memburu hasil ternak dan hasil pertanian dari berbagai kaulitas

Jumat, 07 Januari 2011

Skripsi Keperawataan / Kesehatan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG DIET PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK TERHADAP IMPLEMENTASI PENGATURAN DIET PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI UNIT HEMODIALISIS RSD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Karya Tulis Ilmiah
Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh derajat
Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta








HERNAWAN ISNUGROHO
20040320030




PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2008





INTISARI
Penderita gagal ginjal di Indonesia hingga kini diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk, dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, jumlah klien yang menjalani hemodialisis tahun 2006 sudah mencapai 82,26% dari klien tahun 2005 sebanyak 1.099 klien Pasien hemodialisa di DIY juga cenderung meningkat. Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, jumlah pasien yang menjalani hemodialisa tahun 2006 sudah mencapai 82,26% dari pasien tahun lalu sebanyak 1.099 orang. gagal ginjal kronik merupakan keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan. Perubahan sikap hidup dan rasa rendah diri atau perasaan tidak bisa hidup normal harus dirubah, karena terapi nutrisi adalah upaya untuk menambah kualitas hidup pasien.
      Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan Pengetahuan tentang diet pada penderita gagal ginjal kronik terhadap implementasi pengaturan diet pada penderita gagal ginjal kronik.
      Penelitian ini merupakan penelitian total sampling dengan metode korelasional dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk variabel pengetahuan tentang diet pada penderita gagal ginjal kronik dan food recall untuk mengukur pemenuhan kebutuhan gizi pada penderita gagal ginjal kronik. Analisa data menggunakan uji korelasi Spearman Rank.
      Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan tentang diet pada penderita gagal ginjal kronik paling tinggi adalah 41,7% dengan kategori baik, sedangkan pemenuhan kebutuhan gizi pada penderita gagal ginjal kronik paling tinggi adalah 83.3% dengan kategori kurang. Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang diet pada penderita gagal ginjal kronik terhadap implementasi pengaturan diet pada penderita gagal ginjal kronik dengan signifikansi 0,112 atau p > 0,05 dan nilai r = 0,483.
      Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan tentang diet pada penderita gagal ginjal kronik tidak mempunyai hubungan yang bermakna terhadap implementasi pengaturan diet pada penderita gagal ginjal kronik.
      Saran bagi klien gagal ginjal kronik di unit hemodialisa RSD Panembahan Senopati Bantul sebaiknya lebih giat mencari informasi mengenai diet gagal ginjal kronik sehingga menambah pengetahuan klien tentang gagal ginjal kronik dan diharapkan untuk lebih peduli terhadap asupan gizi.








 ABSTRACT
Patient with Ghronic renal failure in Indonesia is around 150,000 people and any 10,000 people experiencing hemodialisis. Hemodialisis patient in DIY has increase. In range of time less than one years, amount of client experiencing hemodialisis in 2006 have reached 82,26% than 2005 has 1,009 patient of hemodialisis. Chronic renal failure is a condition that the function of kidney/renal reduce slowly. Changing of life attitude and depression or fells that can’t live normally must be changed because nutrition therapy is way to increase patient quality of live.
The purpose of this research was to know the correlation between knowledge about diet of patient with chronic renal failure with implementation of diet arrangement in patient with chronic renal failure.
This research includes total sampling with correlation method and used cross sectional approach. To collect the data use questioner for knowledge about diet of chronic renal failure variable and food recall measuring the fulfilling nutrition need in patient with chronic renal failure. The data analyze using Spearman Rank Test.
The result of this research shows that the knowledge about diet is highest (41,7%) in good category and the fulfilling nutrition need was highest (83,3%) in fewer categories. There was no correlation between knowledge about diet of chronic renal failure with fulfilling of nutrition need in patient with chronic renal failure with significance value was 0.112 or p>0,05 and r=0,483.
The conclusion of this research was there were no correlation between knowledge about diet patient with chronic renal failure with implementation of diet arrangement in patient with chronic renal failure.
The suggestion of this research the respondent in RSD Panembahan Senopati Bantul must to find out more information about diet for chronic renal failure so that the knowledge about chronic renal failure can be increase and to take notice of fulfilling nutrition.







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang masalah
Menurut YAGINA (2007) prevalensi penderita gagal ginjal di Indonesia hingga kini diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk, prevalensi lebih rendah dibandingkan dengan penderita gagal ginjal di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Australia dan Inggris, yang dapat mencapai 77 - 283 per satu juta penduduk, sedangkan prevalensi yang menjalani dialisis antara 476 - 1150 per satu juta penduduk. Perbedaan ini antara lain disebabkan oleh perbedaan kriteria, geografis, etnik, dan fasilitas kesehatan yang disediakan.
Menurut Departemen Kesehatan (2002) Jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia sekitar 150 ribu orang dan yang menjalani hemodialisa 10.000 orang. Di RSUN Ciptomangunkusumo (RSCM) Jakarta, dijumpai sebanyak 120 orang pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa. Di RSUP H. Adam Malik Medan dijumpai 87 kasus, di RSUD Pringadi dijumpai sebanyak 109 orang, di RS Swasta (RS Rasyida) ada sekitar 78 orang yang secara rutin menjalani hemodialisa.
Fatchiati (2006), mengatakan klien hemodialisis di DIY juga cenderung meningkat. Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, jumlah klien yang menjalani hemodialisis tahun 2006 sudah mencapai 82,26% dari klien tahun 2005 sebanyak 1.099 klien Pasien hemodialisa di DIY juga cenderung meningkat. Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, jumlah pasien yang menjalani hemodialisa tahun 2006 sudah mencapai 82,26% dari pasien tahun lalu sebanyak 1.099 orang.
Menurut Bakhri (2005) ginjal merupakan organ tubuh yang mempunyai peranan penting dalam mengatur keseimbangan air dan elektrolit, mengeluarkan sisa hasil metabolisme tubuh yang tidak dibutuhkan serta sebagai tempat pembentukan hormon yang mengatur tekanan darah dan proses pematangan sel darah merah (eritrosit). Fungsi tersebut dilakukan oleh unit fungsional ginjal yang disebut nefron, yang jumlahnya kurang lebih satu juta untuk setiap ginjal. Salah satu gangguan ginjal yang banyak ditemukan dan merupakan masalah yang sangat penting dalam bidang ilmu penyakit ginjal (nefrologi) adalah penyakit ginjal kronik (PGK).
Menurut Sutarjo (2007) gagal ginjal kronik merupakan keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan (menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Gagal ginjal kronik umumnya bersifat progresif dan irreversible. Gangguan fungsi ginjal tidak selalu menunjukkan gejala yang jelas, seringkali gejala baru dirasakan setelah fungsinya tinggal 25%. Fungsi ginjal dapat diketahui dengan mudah melalui pemeriksaan laboratoris darah. Kelompok populasi yang beresiko terkena penyakit ginjal adalah pasien diabetes, hipertensi, lupus dan riwayat keluarga dengan sakit ginjal serta pernah melakukan operasi batu ginjal. Pada pasien yang sudah terkena penyakit ginjal kronik (PGK), pasien harus menjalani terapi pengganti ginjal baik hemodialisis (HD), Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), maupun cangkok (transplantasi) ginjal.
Menurut Noer (2007) gejala klinis gagal ginjal kronik merupakan manifestasi dari penurunan fungsi filtrasi glomerulus yang mengakibatkan terjadinya uremia, gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa, serta gangguan fungsi endokrin berupa berkurangnya kadar eritropoietin dan vitamin D3. Penanganan gagal ginjal kronik disesuaikan dengan tahap penurunan laju filtrasi glomerulus, yang secara prinsip dibagi menjadi terapi konservatif dan terapi pengganti ginjal.
Roesli (2001) mengatakan bahwa kondisi gizi pada penderita gagal ginjal kronik banyak mengalami malnutrisi, kondisi ini sangat berpengaruh pada progresifitas penyakit gagal ginjal kronik. Pasien yang mengalami gagal ginjal kronik akan banyak mendapat pantangan makanan. Perubahan sikap hidup dan rasa rendah diri atau perasaan tidak bisa hidup normal harus dirubah, karna terapi nutrisi adalah upaya untuk menambah kualitas hidup pasien.
Menurut Sutarjo (2007) penanganan gizi pada pasien penyakit gagal ginjal kronik sangat bergantung pada keadaan dan berat badan pasien tersebut, maka jumlah protein yang di berikan dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada standar. Apabila nilai Glomerulo Filtration Rate (GFR) atau tes Kliren Kreatinin (TKK) kurang dari 25 ml/menit, maka diberikan diet rendah protein.
Menurut Kresnawan (2007) pendekatan terhadap pembatasan protein adalah dengan diet yang mengandung 0,25 gram protein yang tidak dibatasi kualitasnya per kilogram berat badan perhari, ditambah dengan asam amino esensial. Pendekatan seperti ini lebih mamungkinkan variasi dalam diet sehingga mudah diterima oleh pasien gagal ginjal kronik. Tambahan karbohidrat dapat diberikan juga untuk mencegah pemecahan protein tubuh.
Sutarjo (2007) mengatakan bahwa pendidikan gizi merupakan suatu proses belajar tentang pangan, bagaimana tubuh kita menggunakannya dan mengapa diperlukan untuk kesehatan umumnya. Masalah kekurangan konsumsi pangan bukanlah merupakan hal yang baru yang mempunyai dampak sangat nyata terhadap timbulnya masalah gizi. Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia, sebab dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat. Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi gizi. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih baik mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan, sehingga sulit menerima informasi baru bidang gizi.
Menurut Departemen Kesehatan (2000) mengatakan bahwa tingkat pendidikan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan, semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan lebih mudah menerima informasi-informasi gizi, dengan pendidikan gizi tersebut diharapkan tercipta pola kebiasaan makan yang baik dan sehat, sehingga dapat mengetahui kandungan gizi, sanitasi dan pengetahuan yang terkait dengan pola makan lainnya, pengetahuan gizi yang cukup diharapkan seseorang dapat mengubah perilaku yang kurang benar sehingga dapat memilih bahan makanan bergizi serta menyusun menu seimbang sesuai dengan kebutuhan dan selera serta akan mengetahui akibat adanya kurang gizi. Pemberian pengetahuan gizi yang baik diharapkan dapat mengubah kebiasaan makan yang semula kurang menjadi lebih baik.
Survey pendahuluan yang telah dilakukan peneliti terhadap pasien dan perawat unit hemodialisis RSD Panembahan Senopati Bantul dengan cara wawancara diperolah hasil bahwa hampir 80% dari pasien penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di rumah sakit tersebut, kurang patuh terhadap himbauan tentang asupan diet ataupun makanan pantang untuk di konsumsi yang telah disampaikan oleh petugas kesehatan rumah sakit tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara pengetahuan tentang diet  pada penderita gagal ginjal dengan implementasi pengaturan diet pada penderita gagal ginjal di unit hemodialisis RSD Panembahan Senopati Bantul.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini yaitu  “Apakah ada hubungan bermakna antara pengetahuan tentang diet pada penderita gagal ginjal dengan implementasi pengaturan diet pada penderita gagal ginjal di unit hemodialisis RSD Panembahan Senopati Bantul tahun 2008 ?”

C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara pengetahuan tentang diet pada penderita gagal ginjal dengan implementasi pengaturan diet pada penderita gagal ginjal di unit hemodialisis RSD Panembahan Senopati Bantul.
2.      Tujuan Khusus
a.       Diketahuinya tingkat pengetahuan tentang diet pada penderita gagal ginjal di unit hemodialisis RSD Panembahan Senopati Bantul.
b.      Diketahuinya implementasi pengaturan diet pada penderita gagal ginjal di unit hemodialisis RSD Panembahan Senopati Bantul.
D.    Manfaat Penelitian
1.      Manfaat teoritis
Sebagai tambahan pengetahuan dibidang bedah mengenai gagal ginjal kronik dan pemenuhan gizi pada penderita gagal ginjal kronik.
2.      Manfaat Praktis
a.       Bagi RSD Panembahan Senopati Bantul
Dapat mengetahui pengetahuan diet dan implementasi pengaturan diet pada klien gagal ginjal di unit hemodialisis sehingga dapat memberi masukan untuk perbaikan gizi.
b.      Bagi Ilmu keperawatan
Menambah khasanah pengetahuan di bidang ilmu keperawatan medikal bedah tentang pengaturan diet pada penderita gagal ginjal.
c.       Bagi pasien gagal ginjal di unit hemodialisa.
Dapat memberi masukan bagi penderita gagal ginjal tentang hubungan diet dengan gagal ginjal.
d.      Bagi peneliti lain
Dapat menjadi acuan untuk penelitian lebih lanjut tentang pengetahuan akan diit penderita gagal ginjal dengan implementasi pengaturan diet.
E.     Ruang Lingkup
            1.      Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang diet dengan implementasi pengaturan diet pada penderita gagal ginjal di unit hemodialisis RSD Panembahan Senopati Bantul, karena pengetahuan tentang diet merupakan salah satu faktor yang menentukan kesehatan serta timbulnya komplikasi pada penderita gagal ginjal.
            2.      Responden
Responden pada penelitian ini yaitu klien gagal ginjal di unit hemodialisis RSD Panembahan Senopati Bantul yang memenuhi kriteria yang telah di tentukan.
            3.      Tempat
Tempat penelitian di unit hemodialisis  RSD Panembahan Senopati Bantul. Peneliti mengambil RSD Panembahan Senopati Bantul sebagai tempat penelitian karna RSD tersebut belum pernah di teliti sebelumnya tentang pengetahuan diet klien penderita gagal ginjal kronik terhadap implementasi pengaturan diet pada klien penderita gagal ginjal sehingga hasil yang di peroleh dari penelitian nantinya akan dapat menjadi masukan bagi pihak rumah sakit.
            4.      Materi
Penelitian ini terkait  dengan Keperawatan medikal bedah  tentang masalah gizi yang di hadapi negara kita dengan faktor penyebab, sehingga memerlukan penanggulangan dengan melibatkan sektor terkait. Implementasi pengaturan diet dapat mempengaruhi timbulnya berbagai komplikasi pada penderita gagal ginjal, meskipun bukan merupakan faktor utama tapi mempunyai peranan penting.
F.     Keaslian Penelitian
Berdasarkan laporan yang ada, penelitian tentang hubungan antara pengetahuan tentang diet pada penderita gagal ginjal terhadap implementasi pengaturan diet pada penderita gagal ginjal di unit hemodialisis RSD Panembahan Senopati Bantul belum pernah dilakukan oleh mahasiswa kedokteran UMY ataupun peneliti lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar