INTISARI
Tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia diprediksi akan mencapai 262,2 juta orang, dan usia menopause diperkirakan sebanyak 30,3 juta orang. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi dengan usia lanjut terbanyak yang mencapai 6,12% yang telah melebihi jumlah manula di atas rata-rata angka nasional sebesar 3,83%. Peningkatan usia harapan hidup berakibat pada peningkatan jumlah penduduk usia menopause. Menopause sebagai suatu kejadian penting dalam hidup perempuan dapat dikenali melalui riwayatnya. Kekurangan gizi, dapat mempercepat terjadinya menopause di Negara-negara industri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menopause dengan pemenuhan kebutuhan gizi pada wanita perempuan menopause.
Penelitian ini merupakan penelitian non experimental dengan metode korelasional dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk variabel tingkat pengetahuan tentang menopause dan food recall untuk mengukur pemenuhan kebutuhan gizi pada perempuan menopause. Analisa data menggunakan uji korelasi Spearman Rank.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan tentang menopause paling tinggi adalah 53,3% dengan kategori baik, sedangkan pemenuhan kebutuhan gizi pada perempuan menopause paling tinggi adalah 93,3% dengan kategori kurang. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menopause dengan pemenuhan kebutuhan gizi pada perempuan menopause dengan signifikansi 0,179 atau p > 0,05 dan nilai r = 0,252.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tentang menopause tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemenuhan kebutuhan gizi pada perempuan menopause.
Saran bagi responden di Desa Banguntapan yaitu agar lebih memperhatikan masalah kesehatan reproduksi terutama masalah menopause, dan lebih peduli terhadap asupan gizi selama menopause.
Kata kunci: tingkat pengetahuan, pemenuhan gizi, menopause.
Abstract
In 2020, the population in Indonesia is predicted can reach 262,2 million people and the number of menopausal age is predicted 30,3 million people. Jogjakarta have a high number of elderly, it is reach 6,12%, which is more than average level of elderly in Indonesia is 3,83%. The increase of life expectancy caused to the increase number of menopausal population. Menopause is important thing in women life that can introduce by her history. Less of nutrient can make menopause held rapidly in industrial country.
The purpose of this research is to know the correlation between knowledge levels of menopause with fulfilling nutrition need in menopausal women.
This research includes on non-experimental study with correlational method and use cross sectional approach. To collect the data use questioner to knowledge level about menopause variable and food recall measuring the fulfilling nutrition need in menopausal women. The data analyze using Spearman Rank Test. The result of this research shows that the knowledge of menopause is highest (53,3%) in good category and the fulfilling nutrition need is highest (93,3%) in fewer categories. There is no correlation between knowledge level of menopause with fulfilling of nutrition need in menopausal women with significance value is 0,179 or p> 0,05 and r =0,252.
The conclusion of this research is there are no correlations between knowledge levels about menopause with fulfilling nutrition need in menopausal women.
The suggestion of this research for the respondent in Banguntapan village, Banguntapan district to pay attention in reproduction health problem especially for menopause, and more care with the fulfilling nutrition need.
Keyword: Knowledge level, Fulfilling nutrition, menopause.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan pembangunan yang dicapai oleh bangsa Indonesia dari sektor kesehatan tercermin pada peningkatan usia harapan hidup perempuan Indonesia, yang meningkat dari 61,7 tahun pada tahun 1986 menjadi 70 tahun untuk tahun 2000 (Santy, 2004). Tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia diprediksi akan mencapai 262,6 juta orang dan usia menopause diperkirakan sebanyak 30,3 juta orang (Mulyati, 2006). Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan propinsi dengan usia lanjut terbanyak yang mencapai 6,12% yang telah melebihi jumlah manula di atas rata-rata angka nasional sebesar 3,83%. Peningkatan usia harapan hidup berakibat pada peningkatan jumlah penduduk usia menopause (Santy, 2004).
Perempuan berumur 45 tahun sudah memasuki masa klimakterium dan sudah keluar dari masa reproduksinya. Masa klimakterium dan berbagai gangguannya berdampak pada kualitas hidup kaum perempuan. Tahun 1995 diperkirakan harapan hidup perempuan Indonesia menjadi 66,7 tahun; artinya perempuan masih akan hidup 20 tahun lebih setelah keluar dari masa reproduksi dengan paparan pola penyakit yang khas pada klimakterium dan senium seperti osteoporosis, kanker alat reproduksi, penyakit kardiovaskular, infeksi saluran kencing dan sebagainya (Sastrawinata, 2005).
Usia harapan hidup bangsa Indonesia di akhir pembangunan jangka panjang II diperkirakan mencapai 70 tahun, meningkat terus seiring dengan perbaikan taraf ekonomi dan derajat kesehatan. Usia harapan hidup perempuan relatif lebih tinggi dari pada laki-laki, sehingga akan lebih banyak perempuan usia lanjut dalam kelompok lansia. Hal tersebut berarti lebih banyak pula perempuan yang mengalami menopause dengan berbagai permasalahannya (Purwandari, 2004).
Menopause sebagai suatu kejadian penting dalam hidup perempuan dapat dikenali melalui riwayat kesehatan perempuan tersebuut. Perempuan mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang menopause, pandangan tersebut dipengaruhi oleh keadaan sosial budaya dimana perempuan tersebut tinggal, pengalaman pribadi, pengetahuan, dan kepribadian perempuan tersebut (Lumsden dan Hickey, 2000).
Menopause dipandang sebagai pengalaman yang sangat normal dan merupakan perhentian siklus menstruasi yang signifikan. Menopause juga dipandang sebagai hal yang negatif, dimana perempuan takut kehilangan feminitas, kehilangan daya tarik terhadap lawan jenis, dan kehilangan kesuburan (Lumsden dan Hickey, 2000).
Umumnya perempuan mengalami menopause pada usia 48-52 tahun, dan sebagian perempuan sudah berhenti haid pada akhir usia 30an atau awal 40an. Menopause diawali dengan perlambatan fungsi indung telur yang terjadi 5 tahun sebelum menstruasi terakhir ditandai dengan perubahan dalam keseimbangan hormon dan penurunan jumlah esterogen yang diproduksi indung telur. Tingkat produksi esterogen begitu rendah sehingga haid menjadi tidak teratur dan kemudian berhenti sama sekali (Ichramsjah, 2007).
Sindroma menopause sering terjadi pada perempuan usia menopause karena turunnya kadar esterogen yaitu timbulnya gejala vasomotor, seperti: rasa panas ( hot flushes), vertigo, banyak keringat, berdebar-debar, migrain, nyeri otot, nyeri punggung, dan gejala psikologi seperti mudah tersinggung, merasa tertekan, sulit tidur, sulit konsentrasi dan atropi umum jaringan seperti kulit menipis dan sebagainya. Dampak lebih lanjut adalah penurunan masa tulang atau osteoporosis dan semakin dini terjadinya menopause maka terjadinya penurunan masa tulang pada perempuan semakin cepat (Mulyati, 2006).
Setiap individu memiliki usia menopause yang berbeda. Kekurangan gizi, merokok, dan tidak punya anak mempercepat terjadinya menopause di negara-negara industri (Mulyati, 2006). Ahli gizi mengatakan, patokan usia belum dapat memastikan perempuan disebut menua karena kondisi fisik dan mental individu sangat bervariasi. Pola pemenuhan makan juga mempengaruhi bagaimana kondisi fisik dan mental seseorang pada usia tuanya (Simamora, 1996). Orang yang sudah lanjut usia, laju metabolisme tubuhnya cenderung menurun. Dengan demikian tingkat kegiatan tubuh biasanya berkurang, sehingga kebutuhan kalori relatif lebih rendah dari pada ketika masih muda atau dewasa (Laksmiarti & Maryani, 2002).
Pentingnya kebutuhan nutrisi seperti vitamin, mineral, protein, dan sebagainya boleh jadi tidak berkurang, bahkan bertambah. Kalsium misalnya, dibutuhkan lebih banyak oleh orang dewasa, terlebih perempuan ang telah mencapai masa menopause (Laksmiarti & Maryani, 2002). Konsumsi makanan yang bergizi lengkap dan seimbang dan mengandung unsur-unsur gizi penting seperti protein, karbohidrat, asam lemak tak jenuh, serta berbagai macam vitamin dan mineral sangat diperlukan tubuh saat memasuki masa menopause karena pada masa menopause produksi esterogen menjadi anjlok sehingga tubuh kehilangan pelindung alami terhadap penyakit jantung koroner, stroke, dan osteoporosis (Utama, 2003).
Kesehatan perempuan, terutama kesehatan yang berkaitan dengan fungsi reproduksi kini menjadi perhatian dunia, sedangkan masalah kesehatan reproduksi tidak hanya menyangkut kehamilan dan persalinan. Fungsi reproduksi berlangsung lebih luas dari itu, dari saat menarche sampai menopause, dan masalah kesehatan perempuan yang khas juga mencakup masa pasca menopause. Usia 45 tahun akan menjadi pertengahan masa kehidupan yang menuntut perempuan untuk mempersiapkan diri mengelola kesehatan masa pasca reproduksi (Sastrawinata cit Musharyanti, 2004).
Hasil dari studi pendahuluan pada tanggal 22 Februari 2008 didapatkan data bahwa jumlah perempuan usia menopause di Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul menduduki peringkat pertama dibanding kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Bantul. Kecamatan Banguntapan dibagi menjadi delapan desa dan desa yang paling banyak perempuan usia menopause adalah Desa Banguntapan dengan jumlah perempuan usia menopause yaitu 1420 orang.
Hasil wawancara dengan tujuh orang perempuan usia menopause di Desa Banguntapan didapatkan bahwa empat orang perempuan memiliki pengetahuan tentang menopause dan tiga orang perempuan tidak memiliki pengetahuan tentang menopause. Pengetahuan tentang menopause yang mereka miliki tidak mencakup tentang pemenuhan kebutuhan gizi saat menopause sehingga mereka hanya mengkonsumsi makanan apa adanya.
Pemenuhan kebutuhan gizi pada saat menopause yang meliputi kebutuhan kalsium, vitamin (A, C, D, E, B komplek), serat, zat besi, zink, mineral, dan protein sangat diperlukan perempuan menopause agar terhindar dari penyakit seperti gangguan kardiovaskuler, osteoporosis, dan kanker organ reproduksi. Tidak adanya pengetahuan tentang menopause dan belum terpenuhinya kebutuhan gizi pada saat menopause membuat perempuan menopause di desa Banguntapan beresiko terserang penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, dan kanker organ reproduksi. Melihat masalah yang timbul dari tidak terpenuhinya kebutuhan gizi saat menopause berhubungan dengan rendahnya tingkat pengetahuan tentang menopause pada perempuan di desa Banguntapan menarik peneliti untuk melakukan penelitian di desa Banguntapan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang peneliti ambil dari latar belakang di atas adalah: Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menopause dengan pemenuhan gizi pada perempuan menopause di Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menopause dengan pemenuhan gizi saat menopause.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya tingkat pengetahuan tentang menopause pada perempuan di Desa Banguntapan.
b. Diketahuinya pemenuhan gizi perempuan menopause di Desa Banguntapan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Sebagai tambahan pengetahuan dibidang maternitas mengenai menopause dan pemenuhan gizi pada perempuan menopause.
2. Bagi Peneliti
Peneliti lebih mengerti tentang menopause dan mendapat pengetahuan tentang pemenuhan gizi pada perempuan menopause.
3. Bagi Perempuan Menopause di Desa Banguntapan
Menambah pengatahuan tentang menopause dan pemenuhan kebutuhan gizi pada perempuan menopause.
4. Bagi Peneliti Lain
Menambah referensi penelitian tentang menopause dan pemenuhan kebutuhan gizi saat menopause.
E. Penelitian Terkait
Penelitian yang terkait dengan masalah ini yaitu:
1. Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause Serta Tanda dan Gejala Menopause yang Dialami Ibu-Ibu di Kelurahan Karangwaru, Kecamatan Tegalrejo Jogjakarta oleh saudari Lisa Musharyanti PSIK UGM. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode correlational dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini yaitu jumlah ibu-ibu dengan tingkat pengetahuan baik terbanyak pada kelompok perempuan yang sudah menopause. Tanda dan gejala menopause yang secara umum dirasakan oleh ibu-ibu di kelurahan Karangwaru adalah lelah psikis, nyeri otot, penurunan daya ingat dan mudah sedih.
2. Kesiapan Wanita Menghadapi Menopause dan Keluhan Timbul Saat Menopause di Kelurahan Terban Kecamatan Gondokusuman yang dilakukan oleh Retno Purwandari mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan UGM. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat kesiapan wanita menghadapi menopause cukup, dan tak ada hubungan yang bermakna antara kesiapan wanita dan keluhan yang timbul saat menopause.
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Klimakterium dengan Sikap Wanita Menjelang Menopause di Kelurahan Condongcatur Kecamatan Depok Kabupaten Sleman oleh Putri Santy mahasiswi PSIK UGM. Penelitian ini menggunakan metode corelasional dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang klimakterium dengan sikap wanita menjelang menopause. Pengetahuan yang dimiliki oleh wanita tentang klimakterium punya pengaruh positif terhadap sikap wanita menjelang menopause.
Perbedaan ketiga penelitian tersebut di atas dengan penelitian ini terletak pada kasus yang diteliti, responden yang diteliti, dan tempat penelitian. Penelitian ini mengenai “Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Wanita Menopause dengan Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Wanita Menopause di Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul”. Peneliti menggunakan metode corellational yang menggambarkan tentang pengetahuan menopause meliputi definisi menopause, patofisiologi menopause, perubahan saat menopause, gizi perempuan menopause, dan pemenuhan kebutuhan gizi saat menopause. Data diambil dengan menggunakan kuesioner dengan pilihan jawaban “benar dan salah” dan menggunakan food recall untuk menggali data tentang pemenuhan kebutuhan gizi.